sibuk sangat...
Entah kenapa orang sibuk berbicara tentang cinta...
”Ia fitrah manusia, kak..”
”jangan perlekehkan ia, nanti kau akan diuji lebih dasyat..”
”orang tak merasa lagi sedap la dia cakap, kalau dia dah bercinta, baru dia tahu langit tinggi rendah..”
Owh, begitu banyak omelan.
Sebenarnya saya kurang gemar bicara ’cinta’. Apatah lagi mengkenen-kenenkan (memadan-madankan) hingga jadi pula buah mulut.
Teringat akhowat di matrik dulu berkata pada seorang sahabiah, ”enti ni ayat mengalahkan orang bercinta.” sahabiah itu menjawab, ”ya, ana sedang menagih cinta, ana bercinta dengan Dia.”
Lancar bersahaja dia menuturkan. saya suka mendengar jawapan dia.
Ada orang membahagikan cinta. Cinta sesama manusia dan cinta dengan Rabb-nya.
Oleh sebab saya pun tidak lah pandai mengulas tentang cintan-cintun ni, maka saya petik dari satu artikel untuk tatapan dan renungan
Cinta adalah memberi, dengan segala daya dan keterbatasannya, seorang pecinta akan memberikan apapun yang sekiranya bakal membuat yang dicintainya senang. Bukan balasan cinta yang diharapkan bagi seorang pecinta sejati, meski itu menjadi sesuatu yang melegakannya. Bagi pecinta sejati, senyum dan kebahagiaan yang dicintainya itulah yang menjadi tujuannya.
Cinta adalah menceriakan, seperti bunga-bunga indah di taman yang membawa kenyamanan bagi yang memandangnya, seperti rerumput hijau di padang luas yang kehadirannya bagai kesegaran yang menghampar, seperti taburan pasir di pantai yang menghantarkan kehangatan seiring tiupan angin yang menawarkan kesejukan dan seperti keelokan seluruh alam yang menghadirkan kekaguman terhadapnya.
Cinta adalah berkorban, bagai lilin yang setia menerangi dengan setitik nyalanya meski tubuhnya habis terbakar. Hingga titik terakhirnya, ia pun masih berusaha menerangi manusia dari kegelapan. Bagai sang matahari, meski terkadang dikeluhkan kerana sengatannya, namun sentiasa mengunjungi alam dan segenap makhluk dengan sinarannya.
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun lautan kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang menganyam hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.
Tapi ada satu yang boleh kita sepakati bersama tentang cinta. Bahawa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa besar kekuatan yang dihasilkannya.
Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak boleh kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.
Tetapi awas! ’Cinta’ itu juga menjadi fokus tusukan musuh nyata sebagai jarum suntikan kearah kelalaian dan kemaksiatan.
Tentang cinta itu sendiri, Rasulullah menegaskan bahwa tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya. Al Ghazali berkata,
"Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari cinta saja."
Di satu sisi, Allah Sang Pencinta Sejati menegaskan, jika manusia-manusia tak lagi menginginkan cinta-Nya, kelak akan didatangkan-Nya suatu kaum yang Dia mencintainya dan mereka mencinta-Nya (QS. Al Maidah: 54).
Maka berangkat dari rasa saling mencintai yang demikian itu, bandingkanlah cinta yang sudah kita berikan kepada Allah dengan cinta Dia kepada kita dan semua makhluk-Nya.
Wujud cinta-Nya hingga saat ini sentiasa tercurah kepada kita, Dia melayani seluruh keperluan kita seakan-akan Dia tidak mempunyai hamba selain kita, seakan-akan tidak ada lagi hamba yang diurus kecuali kita. Tuhan melayani kita seakan-akan kitalah satu-satunya hamba-Nya. Sementara kita menyembah-Nya seakan-akan ada Tuhan selain Dia.
Apakah balasan yang kita berikan sebagai imbalan dari cinta yang Dia berikan? Kita membantah Allah seakan-akan ada Tuhan lain yang kepada-Nya kita boleh melarikan diri. Sehingga kalau kita "dipecat" menjadi makhluk-Nya, kita boleh pindah kepada Tuhan yang lain.
Tahukah, jika saja Dia memperhitungkan cinta-Nya dengan cinta yang kita berikan untuk kemudian menjadi pertimbangan bagi-Nya akan siapa-siapa yang tetap bersama-Nya di syurga kelak, tentu semua kita akan masuk neraka. Jika Dia membalas kita dengan balasan yang setimpal, celakalah kita.
Bila Allah membalas amal kita dengan keadilan-Nya, kita semua akan celaka. Jadi, sekali lagi, bandingkan cinta kita dengan cinta-Nya.
Wallahu a'lam bishowaab.
Ramai orang, bila bercerita cinta, laju dan rancak sekali sembangnya.
Dunia huru hara, umat Islam diperkuda, rakyat dizalimi sudah tidak dibicarakan, malah sehingga tidak tahu bila sibuk bercinta? alangkah...
Itu kata ustaz, maksudnya, sudah-sudah la cakap pasal cintun-cintun ni. Banyak lagi perkara utama yang boleh dijadikan topik perbincangan. Jadi....??
moga tak diuji asyik cinta duniawi...
moga tak diuji dengan ujian yang tak mampu dipikul,
moga diberi keteguhan iman mengharungi ujian..
0 komen:
Post a Comment